Kebiasaan Yang dikehendaki oleh Tuhan
Reflection
Penulis: Pdt. Yohanes M.Madhu, S.Th.,M.M.
Pemandangan yang berbeda telah terjadi di rumah Maria di Betania, karena Lazarus saudaranya yang telah mati dibangkitkan kembali. Ucapan syukur dari keluarga ini disampaikan tiada hentinya. Rasa bahagia memenuhi seisi rumah ini. Bahkan sebagai ungkapan syukur, maria melakukan sesuatu yang agak berbeda. Dalam catatan kitab suci dituliskan:
”Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.” (Yohanes 12:1-6).
Teks di atas menjelaskan tentang sebuah peristiwa Maria meminyaki kaki Yesus dengan setengah kati minyak narwastu. 1 kati = 600 gram atau 6 ons, sehingga ½ kati = 300 gram atau 3 ons. Jika dikonversikan ke liter, maka 300 gram = 300ml. Secara kasat mata, ½ kati itu sekitar 1 gelas air mineral. Harga minyak narwastu pada masa itu sekitar 300 dinar. 1 dinar adalah upah bagi buruh dalam sehari. Jika kita sepakati upah sehari adalah 100.000, maka 300 dinar = 30,000,000. Wow, uang 30 juta melayang dalam sekali tuang. Itulah sebabnya, Yudas protes dengan tindakan Maria dengan mengatakan,” Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Bagi Yudas, apa yang dilakukan oleh Maria merupakan sebuah pemborosan. Mengapa Yudas berpendapat demikian? Apakah ia benar-benar peduli terhadap orang miskin? Ternyata tidak! Kitab suci memberikan penjelasan,” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”
Teks ini mengungkapkan sebuah karakter negatif dari Yudas. Yudas dikatakan sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Sangat menarik bahwa Yudas adalah bendahara, dan sering mengambil uang yang dipercayakan untuk disimpan. Yudas disebut sebagai seorang pencuri karena sering mengambil uang yang bukan haknya. Ternyata Karakter pencuri melekat dalam diri Yudas sebagai akumulasi dari kebiasaannya mengambil uang kas yang dilakukan secara terus menerus.
Kita memahami bahwa Karakter dibangun dari nilai nilai yang tertanam dalam diri seseorang. Nilai nilai tersebut akan menjadi tindakan, yang jika terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan kebiasaan inilah yang pada akhirnya mewujud dalam bentuk sebuah karakter. Yudas memiliki kebiasaan mengambil uang yang dipercayakan untuk disimpannya. Tindakan mengambil uang dilakukan dalam kuantitas yang sering sehingga menjadi sebuah kualitas mental yang buruk yaitu sebagai seorang pencuri.
Allah menghendaki kita memiliki kebiasaan kebiasaan yang baik agar menghasilkan kualitas mental yang baik pula. Kebiasaan-kebiasaan yang baik dapat dicontoh dari pengorbanan Maria. Tentuknya karakter berkorban yang ditampilkan oleh Maria merupakan akumulasi dari kebiasaan baik dalam memberi dan berkorban bagi orang lain. Sangat berbanding terbalik dengan Yudas yang membiasakan diri mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Kebiasaan akan membentuk pola yang nampak dalam karakter seseorang. Oleh sebab itu, Memiliki kebiasaan baik seperti kebiasaan berdoa, kebiasaan memberi, kebiasaan jujur, kebiasaan menolong orang lain akan terakumulasi dalam bentuk karakter yang positif.
Cermatilah kebiasaan kebiasaan anda, apakah kebiasaan kebiasaan anda baik atau buruk, karena kebiasaan kebiasaan anda akan membentuk karakter anda sendiri. Allah menghendaki agar kita memiliki kebiasaan kebiasaan yang baik, karena dari kebiasaan kebiasaan yang baik akan membentuk karakter yang baik pula bagi kemuliaan-Nya.