“Ku Mau Melayani Yesus”
“Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani. Pelayanan harus menjadi gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Kristen. Melayani Tuhan bukanlah beban, bukan sekedar iseng atau mengisi waktu luang. Tapi melayani Tuhan adalah satu anugerah yang Tuhan berikan pada kita. Tantangan pasti ada, tapi yakinlah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan menyertai jika kita sudah sungguh-sungguh berkomitmen untuk melayani-Nya.”
Sahabat, setiap orang percaya dituntut untuk ambil bagian dalam tanggung jawab pelayanan. Seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus sendiri, melayani bukan dilayani. Matius 20:28 mengatakan “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Tapi tidak bisa dipungkiri, kenyataannya banyak orang percaya ragu bahkan tidak mau ambil bagian dalam pelayanan, dengan berbagai alasan: tidak tahu apa itu pelayanan, tidak ada waktu, tidak percaya diri, merasa tidak memiliki keahlian yang berguna dalam pelayanan, dll.
Saya Paulina hadir lagi dalam ruang dengar Sahabat dalam program Kisah, sebuah program yang berisi kisah-kisah inspiratif yang pastinya menarik untuk disimak.
Baik Bu Rini, sebelum kita mengupas kisah bagaimana Bu Rini mengambil keputusan untuk melayani Tuhan, kita bincang-bincang dulu tentang masa kecil Bu Rini ya. Bu Rini ini memiliki berapa saudara?
Saya 6 bersaudara, saya memiliki 1 kakak dan 4 adik. Jadi saya ini anak ke-2.
Kehidupan masa kecil Bu Rini seperti apa?
Masa kecil saya seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya, suka sekali bermain, tapi kebanyakan mainnya ya cuma di sekitar rumah saja, karena banyaknya saudara (adik-adik dan kakak), membuat saya nyaman tinggal di dalam rumah.
Bu Rini lahir di dalam keluarga yang sudah mengenal Yesus ya?
Betul. Sejak kecil saya sudah mengenal Yesus, karena orang tua saya memang sudah Kristen. Tapi pengetahuan saya tentang Kekristenan masih awam, sangat sederhana. Tapi saya bersyukur karena saya dilahirkan oleh seorang ibu yang banyak memberikan teladan yang baik bagi kehidupan saya pribadi.
Teladan yang baik yang seperti apa Bu?
Ibu saya seorang yang sangat sabar menurut saya, baik dalam hal mendidik anak-anak maupun dalam kehidupan berumah tangga sebagai istri. Ibu memberi teladan untuk selalu berdoa, itu yang ibu tanamkan sejak kecil. Ibu tidak pernah menyuruh untuk berdoa, tetapi kami selalu diajak berdoa bersama dan saya sering melihat juga ibu berdoa sendiri di dalam kamar. Dengan melihat ibu saya, saya tergerak juga untuk berdoa sendiri.
Jadi keluarga Bu Rini waktu itu memang sudah mengikut Yesus ya, meskipun masih awam. Apakah waktu itu kehidupan menjadi anak Tuhan mulus-mulus saja?
Hidup sebagai orang percaya di tengah-tengah kampung memang agak dikucilkan, bahkan ada yang mencibir dan mengejek. Tidak hanya itu, saudara-saudara orangtua yang tidak mengenal Tuhan Yesus juga memperlakukan kami dengan berbeda. Jadi mulai dari kecil, saya tahu bahwa orang yang mengikut Yesus banyak tidak disukai oleh orang lain.
Bagaimana keluarga Bu Rini menyikapi tekanan itu?
Orangtua mengajarkan kami untuk diam saja menyikapi mereka. Mereka juga mengajarkan kami untuk tidak membalas perbuatan mereka, jadi ya kami diamkan saja.
Bagaimana dengan Bu Rini sendiri dalam menghadapi tekanan ini?
Ya akhirnya saya jadi lebih banak menghabiskan waktu di dalam rumah saja dengan saudara-saudara saya dan itu lebih menyenangkan buat saya, daripada berada di luar rumah.
Tekanan dari lingkungan apakah berdampak dalam keluarga Bu Rini waktu itu, dalam kehidupan sosial dengan tetangga?
Tidak juga, kehidupan sosial kami berjalan seperti biasa, ya karena itu tadi, keluarga kami lebih baik mendiamkan mereka, di kala mereka mencibir kami. Hitung-hitung ya sekalian sambil belajar sabar.
Lalu bagaimana dengan tekanan dari keluarga?
Waktu itu saya tidak terlalu merasakan tekanan dalam keluarga, karena saya masih kecil. Tapi setelah dewasa, saya baru tahu bahwa ternyata ibu saya yang merasa tertekan dengan sikap keluarga yang belum mengenal Yesus itu. Dan ibu mengatakan biarkan saja mereka bersikap seperti itu, didoakan saja, supaya mereka baik dengan kita.
Apakah ada efek negatif yang ditimbulkan?
Ada sedikit efek sih. Waktu itu kakak saya mengajari nenek untuk berdoa, ternyata itu diketahui oleh tante saya dan tersebarlah berita itu kepada keluarga besar. Mereka marah besar, semua atribut tentang kekristenan disuruh melepas dari tembok dan tentunya kami diperingatkan untuk tidak boleh mengajari nenek untuk berdoa.
Sahabat, Bu Rini lahir dalam keluarga yang sudah mengenal Yesus, meskipun waktu itu pengetahuannya tentang kekristenan masih sangat awam. Banyak tekanan yang dialami oleh keluarga ini terutama dari lingkungan dan dari keluarga besar. Tapi bersyukur, orang tuanya mengajarkan untuk senantiasa bersabar dan mendoakan orang-orang yang berlaku tidak adil kepada mereka. Meskipun awam pasti ada ajaran-ajaran tentang Kekristenan yang diajarkan oleh orang tua Bu Rini?
Iya hal penting yang diajarkan oleh orang tua saya, ibu saya secara khusus tentunya teladan berdoa tadi dan membaca Alkitab. Meskipun waktu itu ketika saya masih anak-anak saya tidak terlalu mengerti kenapa saya harus berdoa dan membaca Alkitab. Baru setelah saya dewasa saya merasakan manfaatnya.
Apakah Bu Rini mendapatnya pengetahuan Kristen itu apakah hanya dari keluarga saja?
Saya dan saudara-saudara sejak kecil rajin ikut Sekolah Minggu. Saya melihat guru Sekolah Minggu saya sangat setia mengantar menjemput kami untuk pergi ke Sekolah Minggu. Dan di sana saya mendengarkan banyak cerita mereka tentang Tuhan Yesus. Jadi saya sangat menikmati mengikuti kegiatan Sekolah Minggu.
Setiap hari Minggu diantar-jemput?
Iya benar.
Selama berapa lama?
Mulai dari kecil sampai SMP, begitu pula dengan adik-adik saya, antar jemput sampai SMP.
Apakah pelayanan dari guru Sekolah Minggu itu membawa kesan tersendiri bagi Bu Rini?
Wah benar, secara pribadi saya sangat terkesan dengan pelayanan mereka.
Apa yang Bu Rini lihat dari pelayanan mereka?
Saya melihat kesetiaan mereka mengantar dan menjemput kami; kalau saya tidak masuk Sekolah Minggu pasti mereka mengunjungi saya di rumah; tidak hanya itu mereka juga pasti mengunjungi dan mendoakan kalau saya sedang sakit.
Apakah karena hal itu Bu Rini jadi ingin terlibat dalam pelayanan?
Iya benar.
Kenapa Bu?
Kesetiaan mereka itulah yang membuat saya terkesan sampai sekarang. Dan saya jadi ingin juga terlibat dalam pelayanan. Selain rutin ke Sekolah Minggu, iman saya juga dibina di diakonia. Saya ikut kegiatan diakonia seminggu sekali.
Diakonia ini apa Bu?
Diakonia yang saya ikuti ini adalah milik sebuah yayasan yang memiliki beban untuk memberikan bantuan sekolah. Kebetulan waktu itu keluarga kami memang membutuhkan bantuan. Orang tua saya kesulitan membiayai pendidikan 6 anaknya. Saya dan saudara-saudara saya semua ikut kegiatan diakonia ini. Kami sangat bersyukur dengan adanya kegiatan itu. Di sana kami berkumpul untuk melakukan kegiatan, memuji Tuhan dan mendengarkan Firman Tuhan. Hapir sama seperti kegiatan di Sekolah Minggu.
Berapa lama Bu Rini ikut dalam kegiatan diakonia ini?
Saya ikut kegiatan ini sejak saya duduk di bangku kelas 1 SD sampai saya tamat 3 SMA. Jadi total 12 tahun saya mengikuti kegiatan diakonia.
Wah, cukup lama juga ya Bu. Apa saja yang diajarkan di sana?
Kegiatan yang rutin dilakukan ya memuji Tuhan, mendengarkan Firman Tuhan dan ada juga sharing.
Apakah setelah mengikuti kegiatan ini iman Bu Rini kepada Yesus semakin kuat?
Tentunya iya, dengan mengikuti kegiatan ini, pengetahuan saya bertambah tentang Firman Tuhan dan tentang kekristenan. Biaya sekolah kami tertolong, iman kami juga dikuatkan.
Saya ingat waktu saya remaja, diakonia ini mengadakan retreat dan saya ikut juga di kegiatan itu. Nah, pada satu malam saat ibadah KKR berlangsung, ada tantangan bagi peserta yang hadir, siapa yang ingin menyerahkan hidup untuk Tuhan Yesus. Tanpa saya sadari di situlah keinginan saya untuk melayani Tuhan makin kuat. Saya angkat tangan dan maju menerima tantangan tersebut. Mungkin sejak kecil sampai remaja saya merasakan bahwa kekristenan saya biasa-biasa saja, namun saat tantangan itu disampaikan saya benar-benar tertantang untuk menyerahkan hidup buat Tuhan Yesus.
Kenapa Bu Rini waktu itu mau maju dan menerima tantangan itu?
Saya sendiri juga tidak tahu. Tapi saya merasa ada dorongan yang kuat dalam diri saya agar saya mau dan menerima tantangan itu. Belakangan baru saya sadar bahwa itu adalah panggilan Tuhan untuk saya. Dan saya mau meresponi panggilan Tuhan itu.
Banyak orang berpikir bahwa melayani itu adalah tugas Hamba Tuhan dan hanya terbatas pada kegiatan di gereja. Bagaimana dengan Bu Rini waktu itu? Apa yang ada di benak Bu Rini tentang pelayanan?
Dulu saya juga berpikiran seperti itu loh. Saya berpikir pelayanan hanya bisa dilakukan oleh Hamba Tuhan yang memiliki pengetahuan Theologia yang bagus. Ternyata setelah mengetahui perjalanan hidup kekristenan dan pengetahuan yang saya dapatkan baik dari Sekolah Minggu dan diakonia, saya baru mengetahui, bahwa pelayanan bisa dilakukan oleh siapa saja. Yang terpenting memiliki hati untuk melayani, untuk pengetahuan Theologia bisa dipelajari kemudian. Tuhan pasti memampukan asal kita punya hati yang tulus untuk melayani.
Setelah Bu Rini memutuskan untuk menyerahkan hidup untuk Yesus, apa yang terjadi selanjutnya? Apa yang Bu Rini lakukan untuk mewujudkannya?
Ya karena pengetahuan saya waktu itu sangat terbatas, saya memutuskan untuk ambil bagian dalam pelayanan di Sekolah Minggu.
Kenapa Bu Rini memilih untuk ambil bagian dalam pelayanan Sekolah Minggu?
Dari dulu saya ini sangat senang dengan anak kecil dan saya berpikir pekerjaan Tuhan yang bisa saya lakukan adalah pelayanan Sekolah Minggu.
Apakah waktu itu Bu Rini sudah langsung yakin untuk melayani di Sekolah Minggu?
Saya belum yakin bahkan saya sempat ragu, karena saya tidak mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik. Terlebih kalau bicara dengan anak-anak kan perlu ada teknik khusus agar mereka memperhatikan. Bicara biasa saja tidak mudah dan saya kesulitan, apalagi bicara di depan umum atau di depan orang banyak dengan bahasa yang tertata rapi. Terus terang saya sangat bergumul.
Wah ketika sudah bulat tekad untuk melayani Tuhan, ternyata juga pasti ada hambatannya ya Bu, tidak lancar-lancar saja?
Iya benar sekali. Saya tidak ada pengetahuan apa-apa untuk mengajar Sekolah Minggu, bagaimana caranya berbicara waktu menyampakan cerita ke anak-anak, itu yang menjadi hambatan buat saya. Tetapi saya bersyukur, Pendeta, Majelis dan guru Sekolah Minggu senior terus mendukung dan memberi semangat untuk saya menjadi guru Sekolah Minggu. Mereka meyakinkan saya bahwa saya bisa menjadi guru Sekolah Minggu yang baik. Bahkan mereka mengirim saya untuk mengikuti training-training tentang bagaimana cara menjadi guru Sekolah Minggu. Dengan semangat yang mereka berikan kepada saya dan ditambah pengetahuan tentang cara menjadi guru Sekolah Minggu yang saya dapatmelalui training-training, membuat saya semakin mantap ikut ambil bagian dalam melakukan pelayanan di Sekolah Minggu.
Menurut Bu Rini kalau jadi guru Sekolah Minggu hal apa yang harus dikuasai?
Yang pasti harus telaten dengan anak kecil ya dan harus bisa menguasai kelas di saat anak-anak sudah kehilangan konsentrasi. Dan tentunya cerita yang kita sampaikan harus bisa membuat mereka menyimak dengan baik.
Akhirnya Bu Rini membulatkan tekad untuk menjadi guru Sekolah Minggu ya. Apakah ada hambatan yang lain Bu? Yang membuat Bu Rini masih ‘nggak pede’ menjadi guru Sekolah Minggu?
Tidak ada sih. Karena semangat yang diberikan oleh Pendeta, Majelis dan guru Sekolah Minggu senior tadi membuat saya membulatkan tekad untuk menjadi Sekolah Minggu, tentu saja dalam keterbatasan saya. Training-training yang saya ikuti juga sangat menolong saya. Saya juga yakin bahwa Tuhan akan memampukan saya karena hati saya tulus ingin melayani Tuhan.
Bagaimana dengan respons orang tua ketika Bu Rini mengatakan ingin melayani Tuhan?
Orang tua saya sangat mendukung keputusan saya ini, terlebih ketika saya mengatakan ingin melayani di Sekolah Minggu.
Apakah waktu itu ada pelayanan lain yang Bu Rini lakukan selain menjadi guru Sekolah Minggu?
Saya aktif di juga di gereja untuk menjadi song leader dan singer dan juga tambourine.
Apa yang Bu Rini rasakan ketika sudah mulai terjun langsung dalam pelayanan?
Senang sekali tentunya, walaupun banyak sekali keterbatasan, saya mempunyai kesempatan untuk bisa melayani Tuhan. Saya mau melayani Tuhan sebanyak-banyaknya yang saya bisa.
Hal apa saja yang Bu Rini pelajari ketika sudah aktif melayani?
Melayani dengan sungguh dan tidak bersunggut-sungut, melayani dengan hati yang semangat maka hambatan-hambatan yang ada bisa teratasi. Pelayanan harus menjadi gaya hidup kita sebagai orang Kristen. Melayani bukanlah beban dan tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
Waktu itu Bu Rini sudah meresponi panggilan Tuhan, sudah terjun langsung dalam pelayanan di gereja. Apakah tidak ada keinginan untuk menjadi Hamba Tuhan?
Untuk menjadi Hamba Tuhan, menurut saya pribadi bukan hal yang mudah. Bukan hanya belajar tentang Theologia dan berkhotbah saja. Menjadi seorang Hamba Tuhan adalah pekerjaan yang luar biasa buat saya pribadi, tentu harus ada panggilan khusus dari Tuhan, yang mempersiapkan kita untuk sungguh-sungguh mau dibentuk menjadi Hamba Tuhan. Kalau hanya ingin sekedar menjadi Hamba Tuhan dan itu bukan panggilan, maka kita akan melayani dengan setengah hati dan asal-asalan. Pastinya ini bertentangan dengan panggilan Tuhan dan IA akan membuat perhitungan dengan kita, kalau kita tidak sungguh-sunggu melayani dengan sepenuh hati. Saya mempunyai keyakinan bahwa melayani Tuhan bukan berarti harus menjadi Hamba Tuhan, yang terpenting kita mempunyai hati yang tulus melayani. Lakukan saja sejauh yang bisa kita lakukan.
Sahabat, di masa mudanya Bu Rini sudah terpanggil untuk melayani Tuhan. Dalam segala keterbatasan yang dimilikinya, ia membulatkan tekad. Dengan dukungan orang-orang terdekatnya dan tentu dengan satu keyakinan bahwa Tuhan pasti memampukan. Nah, sekarang Bu Rini juga bekerja di sebuah yayasan yang aktif dalam bidang penginjilan ya. Apa tugas Bu Rini di sana?
Iya benar, saya dipercaya dibidang administrasi bagian surat pendengar, mendata respons pendengar yang datang, baik surat, SMS, chat, maupun email.
Wah ini adalah sebuah kesempatan yang langka ya Bu. Bisa bekerja sekaligus melayani. Apakah Bu Rini menyukainya?
Benar sekali, saya bekerja sekaligus bisa melayani, ini hal yang menyenangkan buat saya pribadi, tidak harus menjadi Hamba Tuhan untuk saya bisa melayani Tuhan. Dengan kemampuan yang saya punya saya mempergunakan kesempatan ini untuk bisa melayani Tuhan dengan baik.
Sudah berepa tahun Bu Rini bekerja di bidang ini?
12 tahun
Apa yang membuat Bu Rini menikmati pekerjaan ibu?
Tentunya saya sangat menikmati perkerjaan ini, saya suka dengan pekerjaan di bidang administrasi. Terlebih lagi seperti yang disampaikan tadi, bisa bekerja sambil melayani. Di bidang ini saya bisa mengetahui apa saja pergumulan pendengar yang mendengarkan program siaran kami. Saya bisa mendoakan mereka secara pribadi.
Bagaimana ceritanya kok bisa Bu Rini bisa bergabung dalam yayasan ini?
Pada mulanya saya kenal dengan salah satu keluarga di gereja tempat saya berjemaat, kami dekat dan keluarga ini menawarkan pekerjaan mengetik naskah awalnya. Kemudian tenyata yayasan ini membutuhkan karyawan di bidang administrasi respons pendengar, saya mendapat tawaran tersebut dan saya mencoba melamar pekerjaan tersebut dan saya akhirnya diterima.
Pernahkan Bu Rini merasa jenuh atau bosan dalam pelayanan? Kan Bu Rini sudah bertahun-tahun bergelut dalam pelayanan. Di tempat Ibu bekerja ini saja sudah 12 tahun ya?
Ya namanya manusia pastinya ada rasa jenuh dan bosan dengan pekerjaan yang sama selama beberapa tahun. Tapi saya bersyukur selain bidang administrasi, saya juga dilibatkan di pelayanan anak, maupun di pelayanan yang lain, yang dilakukan secara langsung, itu yang membuat saya tidak jenuh dengan pelayanan di tempat ini.
Bagaimana caranya agar semangat pelayanan terus menyala dalam diri?
Saya terus mengingatkan diri saya sendiri bahwa saya berada disini tidak kebetulan, saya berada di tempat ini merupakan anugerah Tuhan. Saya terus ingat akan komitmen saya untuk melayani Tuhan. Itu yang membuat saya semangat kembali melakukan pekerjaan pelayanan di tempat ini.
Dalam melakukan pelayanan tentu kita tidak bisa asal-asalan melakukannya. Apa yang Bu Rini lakukan untuk memperlengkapi diri dalam pelayanan Bu Rini saat ini?
Ya tentunya saya harus mempergunakan kepercayaan yang diberikan untuk melakukan pelayanan dengan baik dan bertanggung jawab. Dan terus memperlengkapi diri dengan menerima masukan dari teman maupun dari pimpinan untuk lebih kreatif dalam menata administrasi. Kembali lagi, sejauh yang saya bisa akan saya lakukan dengan baik. Semua demi kemuliaan nama Tuhan.
Sahabat, Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani. Pelayanan harus menjadi gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Kristen. Melayani Tuhan bukanlah beban, bukan sekedar iseng atau mengisi waktu luang. Tapi melayani Tuhan adalah satu anugerah yang Tuhan berikan pada kita. Tantangan pasti ada, tapi yakinlah bahwa Tuhan pasti akan menolong dan menyertai jika kita sudah sungguh-sungguh berkomitmen untuk melayani-Nya.