Meneladani Pahlawan Iman – Ester
Kitab Ester
Kitab Ester merupakan salah satu kitab dalam perjanjian lama yang didalamnya tidak disebutkan tentang Tuhan. Nama Tuhan tidak ditulis, sehingga menimbulkan banyak pandangan di kalangan-kalangan orang yang belajar tentang teologi. Kalau melihat secara keseluruhan dari Kitab Ester dalam pasal 1-10, akan ditemukan sebuah sejarah bangsa Israel yang saat itu sedang ada dalam sebuah pembuangan hal ini menunjukan bahwa pemeliharaan Tuhan nampak dalam kisah yang terdapat pada Kitab Ester.
Kitab Ester dimulai dengan kisah raja Ahasyweros yang menjamu para bangsawan dan pangeran di istana kerajaannya di Susan, tempat kediaman raja. Dalam suasana penuh bersuka-ria di hadapa para tamu, raja memanggil ratu Wasti untuk memamerkan kecantikan sang ratu di hadapan para tamu. Wasti menolak menghadap raja sehingga geramlah sang raja dan memecatnya. Pasca kejadian atas Wasti, dikumpulkannya para gadis yang elok rupa agar raja memilih untuk menggantikan Wasti. Pilihan jatuh kepada Ester, seorang gadis yatim piatu bangsa Yahudi yang dibawa oleh sepupunya, Moderkhai, yang akhirnya naik tahta di kerajaan Persia. Ester menjabat sebagai ratu selama tiga belas tahun dan pernikahannya dengan raja Persia yang terkenal telah membawa pengangkatan harga diri bagi bangsa Yahudi.
Dalam pasal 3-5 terdapat kisah seseorang bernama Haman, yang sangat tidak senang dengan orang Yahudi. Kesalahan kecil Mordekhai, diperbesar menjadi ancaman hukuman. Mordekhai, seorang Yahudi yang taat, tidak dapat memberi penghormatan kepada manusia seperti layaknya kepada Tuhan. Hal ini membuat Haman marah sampai berikhtiar memusnahkan semua rakyat Yahudi dari seluruh kerajaan. Dengan akalnya, berusaha membuktikan kepada raja bahwa rakyat Yahudi merupakan orang-orang yang tidak setia. Haman menyuap raja sehingga raja mengeluarkan perintah agar orang-orang Yahudi dibinasakan. Kesedihan bangsa Yahudi sampai ke telinga Ester sehingga ia memanggil Mordekhai untuk mengetahui kebenaran ini. Dengan berani saat Ester memasuki hadirat sang raja tanpa diundang, diterima oleh raja dan permohonannya dikabulkan. Haman dihukum gantung sedangkan Mordekhai diangkat oleh raja untuk menggantikan Haman.
Pelajaran apa yang dapat ditarik dari kisah Ester?
Pertama, Ester merupakan seorang yang memiliki ketetapan hati dengan percaya kepada Allah. Disebutkan bahwa Ester menyuruh orang berpuasa, padahal Ahasyweros bukanlah orang yang percaya kepada Tuhan, bukan orang yang menyembah Allah Yahweh, bukan orang yang mengenal dengan pasti siapa itu Tuhan Allah yang menciptakan langit dan bumi ini. Namun Ester memiliki satu kepribadian yang kuat. Ester berkeyakinan bahwa orangorang yang ada disekitarnya akan mendukung dia untuk berpuasa. Dengan berani Ester datang menghadap raja, walaupun sebenarnya mati adalah taruhannya. Kalau saja raja tidak berkenan terhadap Ester, bisa saja ia mengalami nasib seperti ratu Wasti yang dibuang dari kerajaannya. Namun ketetapan hati Ester menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang takut Tuhan dan memiliki iman.
Pada pasal 7 disebutkan bagaimana strategi Ester yang mengundang raja dan Haman untuk menikmati jamuan. Di sanalah Ester menyampaikan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dalam Ester 7:3-4 dikatakan “Maka jawab Ester, sang ratu: “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja.” Pemilihan kalimat dan kata-kata oleh Ester menunjukkan bahwa ia seorang yang pintar, cerdas dan tahu bagaimana membawa diri.
Bagaimana kita bisa membawa diri kita? Apakah kita harus membukakan diri dengan memproklamirkan di KTP bahwa kita ini Kristen, atau tanpa orang tahu bahwa di KTP kita Kristen, namun seseorang akan melihat sikap dan perbuatan sesuai dengan pengikut Kristus. Iman Kristen nampak pada perbuatan, sebagaimana Yakobus mencatat bahwa iman tanpa perbuatan itu hakekatnya ialah mati. Jadi tidak ada gunanya berkata aku ini percaya Tuhan, tapi sikap dan perbuatan jauh daripada hal itu. Melalui kitab Ester memang tidak nampak kata “TUHAN’ di dalamnya, sosok pribadi orang-orang yang takut Tuhan ditunjukan dalam perbuatannya menunjukan kehadiran Tuhan begitu nyata.
Memang tidak ada ungkapan Yahweh, namun sikap dan perbuatan Mordekhai yang lebih memilih sujud dan menyembah hanya kepada Allah bukan kepada manusia (Haman) menunjukan Yahweh hadir di sana. Tindakan Ester yang menyerukan untuk berpuasa, dan Mordekhai melakukan tepat seperti apa yang Ester perintahkan, menunjukkan iman yang ada didalamnya. Dalam sejarah kitab Ester, iman diaplikasikan terhadap sekitar. Bukan tindakan seseorang yang atributnya salib di mana – mana tapi perbuatannya jauh dari arti salib itu.
Kedua, dimanapun Tuhan tempatkan maka yakinlah bahwa ada rencana Tuhan bagi umatNya. Siapa yang tahu bahwa akirnya Ester dipercaya untuk menjadi ratu di negeri orang? Ester terpilih menjadi ratu karena ada maksud Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi. Dari kisah Ester pada akhirnya orang Yahudi merayakan hari raya Purim (‘Pur’ artinya ‘Undi’) yaitu undi yang di buang oleh Haman untuk menentukan satu waktu membunuh Mordekhai. Namun dalam kendali Tuhan, akhirnya bulan itu, yaitu bulan Adar dalam Kitab Ester disebutkan sebagai satu awal untuk bangsa Yahudi merayakan hari raya Purim sebagai peringatan pembebasan bangsa Yahudi dari kepunahan itu. Karya Tuhan yang mengatur sedemikian hingga menakjubkan!. Hal ini di catatkan dengan materai dari Ahasyweros, yang artinya menjadi sebuah keputusan penting dan umat Tuhan. Hari raya Purin diperingati oleh orang-orang Yahudi setiap tahun. Betapa indahnya jika kita mengerti bahwa kita di tempatkan di manapun untuk maksud dan tujuan Tuhan yang mulia.
Saya tidak pernah berpikir untuk dapat melayani tempat seperti ini? Melihat latar belakang hidup saya, saya dulu bekerja dan Tuhan mengambil dari pekerjaan saya untuk dibentuk, dididik dan dibina pada sekolah theologia. Dalam pengenalan Tuhan tiap – tiap waktu membuat saya semakin mengerti maksud Tuhan. Apapun, dimanapun Tuhan tempatkan untuk saya menjadi alat di tangan Tuhan ada maksudNya yang sering di luar batas kemampuan kita untuk memahami.
Ester menantang orang Kristen untuk tetap beriman teguh meskipun banyak tantangan, meskipun kematian mengancam, tetap berani berbicara tentang kebenaran. Iman bukan dipublikasikan melalui symbol atau atribut yang nampak pada asesoris, melainkan pada sikap dan perbuatan orang Kristen kapanpun, dimanapun berada sehingga kebenaran FirmanNya itu bisa disebarluaskan dan banyak orang diselamatkan.