Umum

Menjadi Hamba Kristus Yang baik

Reflection

Penulis: Pdt. Yohanes M.Madhu, S.Th.,M.M.

Tema yang menarik dalam sebuah KKR di Sebuah Sekolah Tinggi Telogia adalah menjadi hamba Tuhan yang memiliki karakter Kristus.  Tema tersebut dipilih dengan tujuan agar setiap mahasiswa yang sedang dipersiapkan akan memiliki karakater Kristus dalam pelayanan mereka. Salah satu karakter Kristus adalah kesediaan untuk berkorban. Menjadi hamba Tuhan, dalam pemahaman iman Kristen adalah panggilan khusus untuk melayani Kristus sepenuh waktu.  Namun ada pula yang berpendapat bahwa semua orang kristen adalah hamba Kristus.  Orang Kristen dapat melayani-Nya dalam berbagai dimensi pekerjaan, bukan semata-mata menjadi Pendeta atau gembala jemaat.

      Tulisan ini tidak sedang mempertentangkan ke dua pendapat tersebut, melainkan lebih menekankan bagaimana menjadi seorang hamba Tuhan yang baik.  Namun sebelum membahas tentang hamba Tuhan yang baik, maka perlu dipahami bersama, mengapa Kekristenan menggunakan kata ’hamba’ sebagai sebutan di dalam melayani-Nya

      Penggunaan kata ’hamba’, pada masa Yesus sangat populer karena masih adanya praktek ’perbudakan’ dalam kekaisaran Romawi. Budak budak diperoleh karena peperangan dan juga karena masalah ekonomi Penggunaan kata hamba dikaitkan dengan praktek penggunaan budak yang pada umumnya adalah seorang yang sudah dibeli, menjadi milik tuannya, dan hanya memiliki kewajiban untuk melakukan apapun yang menjadi kehendak tuannya. Dalam Perjanjian Baru, kata ’hamba’ mempergunakan kata ’doulos’ yang berasal dari akar kata ’ δέω’ atau ’deho’ yang memiliki makna ikat, terikat, diikat. Dengan demikian, maka ’doulos’ adalah seseorang yang terikat pada tuannya.  Penggunaan kata ’hamba’ merujuk pada sebuah status setiap orang yang telah dibeli oleh Kristus, Dan terikat pada Kristus.  Kristuslah yang menjadi Tuan, dan seorang hamba hanya melaksanakan apa yang menjadi kehendak Tuannya (Lukas 17:10).

      Mungkin pertanyaan menggelitik pikiran kita sering kita dengar,’mungkinkah seorang yang disebut budak dapat juga melakukan kejahatan’?  Pada masa Kekaisaran Romawi, peran budak sangatlah bersifat strategis, mengapa?

  1. Para budak merupakan  tenaga kerja yang memberikan keuntungan bagi tuannya
  2. Para budak merupakan orang-orang kepercayaan tuannya, untuk menjaga harta tuannya
  3. Para budak adalah orang yang dipercaya untuk mendidik anak anak tuannya

Karena memiliki peran yang strategis, maka pada masa itu, budak budak memiliki pengaruh bahkan dapat memberi pengaruh yang buruk dalam pendidikan anak anak tuannya, sehingga mereka tumbuh menjadi orang yang ’licik’ pandai memanfaatkan kesempatan demi keuntungan diri sendiri.

      Dalam konteks Pelayanan, maka setiap hamba Tuhan diharapkan menjadi seorang  hamba Tuhan yang baik. Namun Kitab suci juga memberikan beberapa catatan tentang adanya hamba Tuhan  yang Jahat:

Dalam Matius 24:48-49 dituliskan:

”Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya”

Hamba Tuhan yang jahat adalah hamba Tuhan yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan tuannya (tidak dapat dipercaya). Hamba Tuhan yang jahat adalah hamba Tuhan yang tidak memiliki kesetiaan dan cenderung untuk hidup berdasarkan kehendaknya sendiri (mengikuti keinginan hatinya sendiri).

Pada bagian lain, yaitu dalam II Korintus 2:17, dituliskan:

”Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya”

Teks diatas menjelaskan bahwa hamba Tuhan yang jahat adalah hamba Tuhan yang mencari keuntungan dari Firman Tuhan yang diberitakan. Hamba Tuhan yang jahat adalah hamba Tuhan  yang tidak murni dalam pelayanan

      Jika demikian, bagaimana seharusnya menjadi hamba Tuhan yang baik?  Beberapa catatan Kitab Suci seperti dalam I Korintus 1:26 dan 29:

”Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah”

Catatan lainnya ada dalam Matius 25:21,” Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”

      Mari menjadi hamba Tuhan yang baik, hamba Tuhan yang tidak memegahkan hal hal lahiriah, hamba Tuhan yang memiliki kesetiaan dalam pelayanannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *