PEMBERIAN TERMAHAL DARI ALLAH
Renungan Natal
Oleh: Pdt. Yohanes M. Madhu, S.Th. MM
Momentum Natal selalu dinanti oleh Jutaan manusia di muka bumi ini. Momentum Natal sebagai momentum berkumpulnya keluarga, liburan dan merasakan berbagai hidangan khas masing masing keluarga. Natal selalu diidentikan dengan kegembiraan, kebahagiaan bagi umat Kristiani. Namun tahukah kita bahwa Natal adalah hadiah termahal yang Allah berikan kepada umat Manusia? Hadiah yang Allah berikan ini tidak dapat dibandingkan dengan alam semesta beserta dengan isinya. Itulah sebabnya, sebuah lagu menuliskan maksud ini,” Dapat Tuhan Yesus dapat semuanya”. Namun ketika menerima hadiah termahal ini, setiap orang percaya harus selalu siap menghadapi berbagai tantangan dalam hidup ini, salah satunya adalah penderitaan.
Dalam Surat Roma Pasal 8, dengan sangat indah dimulai dengan pembebasan hukuman bagi setiap orang yang ada di dalam Kristus (8:1). Istilah lain yang dipergunakan adalah ”dimerdekakan” (8:2) dari hukum dosa dan hukum maut. Ini artinya bahwa hanya Kristus yang mampu membebaskan atau memerdekakan manusia dari upah dosa yaitu maut dan kebinasaan kekal (hukum maut). Jika demikian, apakah tidak ada peran hukum lain di dalam kebebasan umat manusia dari hukuman? Kitab Suci dengan tegas menyatakan,” Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah, dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging. Inilah hakekat dari Natal itu sendiri bahwa Allah mengutus Yesus Kristus di dalam daging (manusia) karena memang aturan hukum taurat tidak berdaya oleh daging. Artinya, kedagingan manusia begitu berkuasa sehingga Hukum Taurat sendiri tidak mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan karena daging. Itulah sebabnya dinyatakan,”Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Roma 8:6)
Setiap orang yang percaya kepada Kristus dimetreikan oleh Roh, dengan cara Roh berdiam dalam diri orang percaya, sebagai tanda kepemilikan oleh Kristus (8:9). Itulah sebabnya, tubuh/daging akan mati karena dosa, namun roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran (8:10). Karena Roh yang sama yang telah membangkitkan Kristus, sekarang diam di dalam diri kita, maka Roh yang sama itu akan membangkitkan tubuh yang fana itu (8:11)
Itulah sebabnya, setiap orang Kristen adalah orang yang berhutang bukan kepada daging, untuk mentaati keinginannya. Itulah sebabnya, semua keinginan, perbuatan untuk memenuhi kemauan daging harus dimatikan (8:12-3). Sebaliknya, setiap orang yang telah menerima karunia Roh Kudus harus bersedia dipimpin oleh Roh. Kita bukan budak lagi, tetapi sekarang telah menjadi anak anak Allah, sehingga memanggil Allah itu sebagai Bapa/Abba (8:15-16). Karena sebagai anak, maka kita pun memiliki hak waris yaitu janji janji Allah yang akan kita terima bersama sama dengan Kristus (8:17).
Menerima janji janji Allah, dikaitkan dengan kehidupan yang menderita bersama dengan Kristus. (8:17). Tentu pernyataan ini nampak kontras dengan nuansa Natal yang penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Namun hakekatnya adalah bahwa konsekuensi logis ketika menerima NATAL, maka secara utuh menerima Kristus dalam suka dan duka.
Itulah sebabnya, Roma 8:18-30, Paulus memberikan sebuah fakta bahwa sekalipun orang orang percaya telah dimerdekakan, telah menjadi anak anak Allah bahkan berhak mewarisi janji janji Allah; ternyata dalam fakta masa kini, orang orang percaya tetap mengalami penderitaan. Namun Kitab Suci menekankan bahwa penderitaan tersebut tidak dapat di bandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada orang percaya (8:18)
Penderitaan itu akan berakhir karena ada pengharapan kemerdekaan dari perbudakan kebinasaan dan masuk dalam kemerdekaan kemuliaan anak anak Allah (8:21). Saat ini, anak anak Allah masih ada di tengah tengah dunia, bahkan mungkin sedang menderita. Ingatlah bahwa semua penderitaan dalam dunia ini disebabkan oleh dosa, dan dosa karena menuruti keinginan daging/hawa nafsu (lih. Roma 7:5; Galatia 5:24). Paulus mengingatkan bahwa seharusnya penderitaan sebagai pengikut Kristus adalah penderitaan bersama sama dengan Dia (Rm 8:17). Artinya, penderitaan harus diberikan makna baru yaitu bahwa menderita bukan karena mengikuti keinginan daging yang berujung kepada maut (Roma 8:6), tetapi menderita karena Kristus yang menghasilkan kehidupan dan damai sejahtera (Roma 8:6).
Menghadapi penderitaan hidup, setiap orang percaya harus memberi diri dituntun oleh Roh-Nya. Dalam Roma 8:26,” Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” Bahkan dalam segala penderitaan tersebut harus dimaknai bahwa ,”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28)
Sebagai pengikut Kristus, maka selayaknya memaknai Natal sebagai Pemberian termahal Allah. Natal adalah pemberian Allah karena panggilan,pilihan dan ketentuan dari Allah (8:29). Setiap orang percaya ditentukan, dipanggil, dibenarkan agar menjadi serupa dengan gambaran Kristus untuk menerima kemuliaan Allah (8:30). Dalam Proses inilah maka Natal tidak hanya memaknai sebagai sebuah kegembiraan, namun menerima konsekuensi sebagai pengikut Kristus yang harus menderita bersama dengan Dia. Namun endingnya adalah kebahagiaan sebagai mana di tulis,” Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.