Soliditas Menghadirkan Kerajaan Allah
Oleh: Pdt. Yohanes M.Madhu S.Th
Ada pro dan kontra Ketika seorang hamba Tuhan memiliki pekerjaan sampingan seperti: membuka toko, sales, Ojek Online, Jualan online. Beberapa orang memiliki pendapat bahwa seorang hamba Tuhan harus fokus pada tugas panggilannya. Panggilan seorang hamba Tuhan adalah memberitakan Firman Tuhan, baik melalui mimbar Gereja ataupun media lainnya. Ketika seorang hamba Tuhan ‘melenceng’ dari jalur tersebut, maka ada yang berpendapat bahwa hamba Tuhan itu tidak setia pada panggilan. Namun ada pula yang memiliki pendapat bahwa seorang hamba Tuhan harus hidup dari pelayanannya. Misalnya, jika seseorang ditempatkan di sebuah gereja, maka dari jemaat itulah ia harus hidup. Hidup dalam konteks ini adalah hidup berkaitan dengan kebutuhan hidup sebagai hamba Tuhan. Dengan kata lain, jemaat bertangungjawab untuk menopang kebutuhan hamba Tuhan yang melayani mereka, tentunya berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh jemaat.
Pertanyaan yang perlu diajukan adalah mengapa seorang hamba Tuhan harus memiliki usaha sampingan? Apakah jemaat belum mampu memenuhi kebutuhan hamba Tuhan? Atau antara kebutuhan dan kemampuan belum sepadan. Misalnya, kebutuhan rata-rata seorang hamba Tuhan adalah 1 juta/bulan, sedangkan jemaat hanya mampu memenuhi 50% atau 500rb. Kekurangan dari kebutuhan tersebut diperoleh dengan cara memiliki usaha sampingan. Atau sebenarnya jemaat sudah memberikan pemenuhan kebutuhan sesuai dengan standar hidup, namun karena seorang hamba Tuhan memiliki kebutuhan lainnya, maka tetap memiliki usaha sampingan. Usaha sampingan dalam hal ini beragam dari berjualan, mengajar dan lain sebagainya.
Pro Kontra berkaitan dengan pekerjaan sampingan seorang hamba Tuhan adalah dinamika normal dalam kehidupan bergereja. Bukan untuk mencari siapa yang salah dan benar. Karena bagi seorang hamba Tuhan yang melayani di Jemaat besar dengan dukungan yang memadai tentu tidak akan berpikir tentang kebutuhan sehari hari. Berbeda dengan seorang hamba Tuhan yang melayani jemaat kecil dengan pemasukan yang minim, memiliki pekerjaan sampingan adalah sebuah solusi pemenuhan kebutuhan sehari hari. Gambaran ini menunjukan bahwa memang ada realita dalam pelayanan bahwa banyak hamba Tuhan harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tentunya hal ini bukan ranah untuk diperdebatkan, melainnya mencoba untuk memotret keadaan riil dalam dunia pelayanan.
Kitab Suci memberikan solusi yang patut dipertimbangkan,” Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.” (Roma 15:1). Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)
Cara hidup yang diajarkan oleh Tuhan, secara khusus cara hidup sebagai ‘satu tubuh dalam Kristus’ adalah cara hidup yang saling menanggung dan menolong’. Bagi yang kuat memiliki kewajiban untuk menanggung yang lemah’ Kuat dalam konteks ini dapat dimaknai sebagai kekuatan kapasitas baik dalam bentuk ekonomi maupun dukungan lainnya. Bahkan terdapat penekanan untuk “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!” Cara ini adalah cara yang disebut memenuhi hukum Kristus. Hukum yang mana? “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39).
Cara hidup yang demikian ini sebenarnya sudah dimulai dari saat jemaat Tuhan dimulai. Dalam catatan Kisah Para Rasul 2:44-45,” Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Ini adalah cara hidup idealis yang telah diberikan contoh oleh jemaat mula mula. Sebuah kehidupan yang berbagi, dan penuh perhatian kepada yang berkekurangan. Sebuah model hidup yang melepaskan kepentingan diri, dan melangkah untuk berkorban bagi orang lain.
Apakah model hidup berjemaat seperti pada jemaat mula mula masih ada pada masa kini? Implementasi cara hidup yang diwariskan oleh jemaat mula mula telah tertata secara keorganisasian. Adanya pelayanan diakonia untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berkekurangan dalam Jemaat adalah salah satu wujud dari saling menanggung beban di antara jemaat. Tentunya model ini dapat diperluas lagi ke dalam lintas organisasi dan denominasi. Pentingnya Kerjasama antara organisasi dan denominasi untuk menjawab permasalahan klasik di antara para hamba Tuhan, secara khusus berkaitan dengan dukungan hidup. Kerjasama ini penting dilakukan untuk memenuhi doa Yesus,” Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yohanes 17:23). Konsep yang kuat menanggung yang lemah, dan saling menananggung bebanmu adalah cara yang Tuhan ajarkan. Tujuan utamanya adalah terciptanya kesatuan agar dunia tahu bahwa Tuhan mengasihi mereka. Saling menanggung beban dalam konteks saling mendukung sebagai sesama hamba Tuhan adalah ajaran Tuhan yang membutuhkan implementasi nyata. Implementasi dapat dilakukan antar pribadi, antar gereja bahkan antara denominasi. Jika setiap pribadi, Gereja dan Organisasi Grejawi bekerjasama untuk saling menanggung beban, maka akan terciptanya kekuatan besar untuk secara bersama sama melebarkan Kerajaan Allah. Dengan demikian maka,” Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, bukanlah hanya tertulis dalam Alkitan, namun akan menjadi nyata di bumi ini.