Umum

The Leadership Grid

Pastoral Corner

Oleh: Pdt. Yohanes M. Madhu S.Th.

      Kendala dalam leadership telah muncul sejak lama, seperti dalam kasus yang dialami oleh Musa, sehingga mertuanya yang Bernama Yitro harus memberikan nasihat kepada musa dalam melaksanakan kepemimpinannya.  Musa memiliki gaya kepemimpinan tersendiri, nama gaya yang sama tidak dapat diterapkan pada situasi yang berbeda.  Permasalahan dalam kepemimpinan dalam dicermati dalam catatan kitab Suci di Kitab Keluaran 18:14-22.

      Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?” Kata Musa kepada mertuanya itu: “Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.”

      Tetapi mertua Musa menjawabnya: “Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.

     Musa memiliki gaya kepemimpinan yang kuat sebagai pemimpin tunggal pada masa itu.  Musa dengan gagah berani mampu memimpin sebuah bangsa keluar dari perbudakan di Mesir.  Namun gaya kepemimpinan yang sama ternyata tidak berlaku pada situasi yang berbeda, sehingga Musa menjadi sangat kelelahan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di tengah bangsa Israel.

      Stephen P. Robbinson dalam bukunya  Organizational Behavior, memberikan sebuah gambar terkait dengan gaya kepemimpinan yang dikenal dengan Leadership Grid, seperti pada gambar di bawah ini:

Berdasarkan leadership Grid di atas, maka kita belajar beberapa gaya kepemimpinan yang sering juga dijumpai dalam kepemimpinan Gereja

  1. Gaya kepemimpinan Impoverished Management (1.1) menggambarkan rendahnya perhatian pada hasil dan orang-orang yang dipimpinnya.  Artinya, pemimpin tipe ini adalah orang yang tidak care dengan pencapaian dan orang orang yang dipimpinnya.
  2. Gaya kepemimpinan Auhority Compliance management (9.1) menggambarkan gaya kepemimpina yang lebih mementingkan hasil daripada orang-orang yang dipimpinnya.  Artinya, orang orang yang dipimpinnya hanya dianggap mesin untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan
  3. Gaya Kepemimpinan Country Club Management (1.9) menggambarkan tingginya perhatian pada orang-orang, namun sangat rendah dari sisi pencapaian atau hasil.
  4. Gaya Kepemimpinan Middle of the road (5.5), menggambarkan perilaku yang moderat dengan menjaga keseimbangan antara  kinerja atau hasil dan orang orang yang dipimpinnya.
  5. Gaya kepemimpinan team Management (9.9), menggambarkan seorang pemimpin yang memelihara dengan sangat baik kinerja atau hasil yang hendak di capai dan orang orang yang dipimpinnya.

      Dari semua gaya kepemimpinan yang telah dipaparkan, maka setiap gaya kepemimpinan akan efektif pada situasi yang berbeda.  Dalam konteks sebagai pemimpin jemaat, maka seorang hamba Tuhan atau pun gembala jemaat perlu dengan seksama memperhatikan bagaimana cara ia memimpin.  Nasihat Yitro kepada Musa adalah nasihat bagi seluruh pemimpin gereja dan organisasi Kristen pada masa kini. Kecenderungan untuk mengerjakan segala sesuatu sendirian akan menjadikan seorang hamba Tuhan stress dan putus asa.  Bahkan banyak waktunya terkuras untuk hal hal yang bersifat tehnis daripada yang bersifat strategis.  Namun juga perlu diperhatikan, Ketika ada orang orang yang telah diangkat menjadi pendamping kepemimpinan seperti majelis gereja, pengurus Yayasan, maka seorang pemimpin perlu juga memperhatikan cara ia memimpin.  Leadership Grid dapat dijadikan panduan dalam kepemimpinan, sehingga kepemimpinan didasarkan kepada kebutuhan dan bukan kebiasaan.  Setiap kepemimpinan bisa berada dalam satu titik gaya kepemimpinan, sehingga dibutuhkan evaluasi secara terus menerus sehingga kepemimpinan itu harus fokus pada dua hal yang utama yaitu Pencapaian dan Orang-Orang yang dipimpin.  Level kepemimpinan dapat bergeser seiring waktu dan pengalamanan dalam kepemimpinan sehingga tujuan untuk memuridkan banyak orang bagi Kristus akan tercapai dengan maksimal.

      Cara memimpin yang ideal adalah memimpin dengan mengedepankan dua hal penting yaitu pemeliharaan/pengembangan orang orang dalam lingkaran kepemimpinan,  dan tujuan organisasi itu sendiri. Kedua hal itu harus berjalan secara beriringan untuk terciptanya kepemimpinan yang efektif dan berdaya guna bagi kemuliaan-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *